Jumat, 17 April 2009

klayar

















Mulanya hanya ingin tahu tentang kota Pacitan, khususnya lokasi objek wisatanya, hal mana merupakan survey bagi komunitas foto Titik Api DKV ISI Yogyakarta. Dengan berbekal informasi dari web pemerintahan koa Pacitan akhirnya kami bertiga (thank to Agung Priyo dan Wicaksono Haryo) memutuskan memilih untuk meninjau pantai Klayar. Perjalanan ke pantai ini memakan waktu 3 jam (berangkat pkl. 05.30 tiba ti tempat 08.30 WIB), dengan rute Yogya-Wonosari-Pacitan...setelah melewati propinsi DIY maka tibalah ke kota kabupaten Pacitan dan tak jauh dari gerbang kota sampailah pada jalur yang menuju pantai Klyar. Melalui informasi penduduk sekitar ternyata lokasi pantai masih jauh dari jalan raya. Tetapi dengan tekad untuk melihat objek wisata yang baru maka kami membulatkan tekad untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata jalur yang kami lalui sangat curam, berbatu dan dengan kondisi jalan yang rusak. Hampir saja putus asa karena ternyata lokasi sangat jauh dan berliku tetapi saat benar-benar menemukan lokasi pantai Klayar ini semua keluh kesah terbayar lunas! dihadapan kami terbentang pantai yang sangat indah! air laut yang biru, pasir yang putih...pokoknya segala keluh kesah dan lelah seakan terangkat dari badan.
Pantai ini sangat cocok untuk melepas kerinduan akan pantai yang masih alami, bersih dan cantik...buat pecinta fotogafi banyak yang dapat diekpos dari patai ini. Saya merekomendasikan untuk mengunjungi pantai ini.

Pantai Klayar
Pantai Klayar berada di wilayah kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, yang jaraknya kurang lebih 35 Km ke arah barat kota Pacitan. Pantai berpasir putih ini memiliki suatu keistimewaan yaitu adanya seruling laut yang sesekali bersiul di antara celah batu karang dan semburan ombak. Di samping itu juga terdapat Air Mancur Alami yang sangat Indah. Air mancur ini terjadi karena tekanan ombak air laut yang menerpa tebing karang berongga. Air muncrat yang dapat mencapai ketinggian 10 meter menghasilkan gerimis dan embun
air laut yang diyakini berkhasiat sebagai obat awet muda. (sumber: web pemerintah kota Pacitan)

Kamis, 19 Maret 2009

tunggu aku dewasa


ini adalah bunga (?) dari pohon kaktus yang berduri...ketika masih kecil dan muda berwarna sangat menarik tetapi ketika makin dwasa menjadi pohon yang berduri.

lokasi : jalan raya ngawi - sragen

Selasa, 17 Maret 2009

rally foto


Pada hari minggu, tanggal 15 Maret 2009 bertempat di benteng Vredeburg Yogyakarta, aku mengikuti lomba Rally Foto yang diadakan oleh HISFA (Himpunan Seni Foto Amatir Yogyakarta) dengan tema "Center Of Yogyakarta. Rally Foto ini mengambil rute : benteng Vredeburg-Alun-alun Utara-Ibu Ruswo-Gondomanan-Mayor Suryotomo-Mataram-Perwakilan-Malioboro-A.Yani-Vredeburg.
Pertama kali mengikutiRally Foto ini sehingga cukup kaget karena tidak menyangka kalau jarak yang ditempuh cukup panjang dan melelahkan apalagi dilaksanakan pada siang hari yang sangat terik. Cukup menarik dan menantang mengikuti acara ini sebab acara dikemas seperti halnya mencari harta karun dengan cara menerjemahkan soal-soal yang diberikan panitia. Hanya sayang, mungkin panitia kurang mengakomodir kebutuhan kepada peserta khususnya konsumsi (setidaknya minuman yang cukup) mengingat acara benar-benar melelahkan. Selain itu pembagian T-shirt kepada peserta yang semula dijanjikan diberikan terbatas untuk 200 peserta pertama malah menjadi dibagikan oleh semua peserta. Ada kisah menarik lain yang terjadi, tiga hari sebelum pelaksanaan lomba ini, aku sempat terkena sakit radang pada mata sebelah kanan sehingga bengkak dan tidak dapat melihat. Disarankan oleh dokter spesialis mata untuk istirahat terlebih dahulu dari rutinitas. Akhirnya setelah 2 hari istirahat pada hari Minggunya ternyata mata sudah cukup berada dikondisi baik untuk mengikuti lomba. Hanya setelah lomba berakhir timbul rasa was-was juga mengingat lomba yang melelahkan berakibat pada dropnya stamina, kan tidak lucu jika tubuh kembali sakit.

foto-foto karya pribadi berupa jawaban soal-soal yang diberikan panitia





1100 tong sampah

Pada hari kamis, tanggal 26 Februari 2009 bertempat di benteng Vredeburg Yogyakarta, bertepatan dengan acara TKMDGJ (Temu Karya Mahasiswa Desain Interior Indonesia) yang kali ini di-tuanrumah-i oleh Jurusan Desain Interior Institut Seni Indonesia Yogyakarta, diadakan acara pemecahan rekor MURI "Mural 1100 tong sampah". Adapun acara tersebut berupa pengecatan atau me-mural tong sampah (terbuat dari bekas tong atau kaleng cat tembok) yang kemudian dibuat gambar dengan disain yang beragam baik mengenai tema, motif, warna dan juga ide-ide gambar yang tertuang dalam media tong sampah.
Sebagai salah satu peserta hanya sedikit memberikan andil dan dalam gambar yang sederhana berupa daun-daun yang berguguran dan disertai tulisan "mbentoyong Godong" yang terus terang tidak ada artinya sama sekali dan hanya sekedar membuat karya. Ada sedikit kisah yang dibalik karya yang berkesan seadanya ini. Pertama kali membuat karya, ketika kaleng telah dibagikan maka ketika kaleng aku tinggal untuk membeli kuas ternyata kaleng yang seharusnya aku beri gambar telah diambil oleh orang lain dan sudah diberi gambar. Tetapi tak berapa lama kaleng tersebut memang kembali kepada tetapi berhbung waktu juga sudah hampir habis (pukul 2 siang) maka karya yang ada menjadi sangat tidak maksimal.

foto-foto beberapa karya peserta.
foto-fotoku diambil oleh teman, Danu namanya.

Kamis, 12 Maret 2009

diponegoro


Patung Diponegoro , lokasi : Alun-alun Kota Magelang

Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III untuk mengangkatnya menjadi raja. Beliau menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.

Riwayat Perjuangan

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830.

Penangkapan dan pengasingan
16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen, Purworejo. Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia.
28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.
11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch.
30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado.
3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam.
1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.
8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.

Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.
Ki Sodewo memiliki ibu bernama Citrowati yang meninggal dalam penyerbuan Belanda. Ki Sodewo kecil atau Bagus Singlon tumbuh dalam asuhan Ki Tembi, orang kepercayaan Pangeran Diponegoro. Bagus Singlon atau Raden Mas Singlon atau Ki Sodewo setelah remaja menyusul ayahnya di medan pertempuran. Sampai saat ini keturunan Ki Sodewo masih tetap eksis dan salah satunya menjadi wakil Bupati di Kulon Progo bernama Drs. R. H. Mulyono.
Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Diponegoro, 13 Maret 2009)

Rabu, 04 Maret 2009

pasar rejowinangun kobong

kejadian pasar rejowinangun kebakaran ini terjadi pada 26 juni 2008 yang lalu...api dimulai sekitar sore hari dan sampai pagi hari masih terasa panasnya...

lokasi : pasar rejowinangun, magelang

Minggu, 01 Maret 2009

pilihan tepat

mbak ini, daripada bingung dan menanggung bahaya kalau geser terlalu ke kiri atau geser ke kanan, maka lebih aman milih di tengah aja...aman...

lokasi : pantai depok, yogyakarta