Jumat, 17 April 2009
klayar
Mulanya hanya ingin tahu tentang kota Pacitan, khususnya lokasi objek wisatanya, hal mana merupakan survey bagi komunitas foto Titik Api DKV ISI Yogyakarta. Dengan berbekal informasi dari web pemerintahan koa Pacitan akhirnya kami bertiga (thank to Agung Priyo dan Wicaksono Haryo) memutuskan memilih untuk meninjau pantai Klayar. Perjalanan ke pantai ini memakan waktu 3 jam (berangkat pkl. 05.30 tiba ti tempat 08.30 WIB), dengan rute Yogya-Wonosari-Pacitan...setelah melewati propinsi DIY maka tibalah ke kota kabupaten Pacitan dan tak jauh dari gerbang kota sampailah pada jalur yang menuju pantai Klyar. Melalui informasi penduduk sekitar ternyata lokasi pantai masih jauh dari jalan raya. Tetapi dengan tekad untuk melihat objek wisata yang baru maka kami membulatkan tekad untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata jalur yang kami lalui sangat curam, berbatu dan dengan kondisi jalan yang rusak. Hampir saja putus asa karena ternyata lokasi sangat jauh dan berliku tetapi saat benar-benar menemukan lokasi pantai Klayar ini semua keluh kesah terbayar lunas! dihadapan kami terbentang pantai yang sangat indah! air laut yang biru, pasir yang putih...pokoknya segala keluh kesah dan lelah seakan terangkat dari badan.
Pantai ini sangat cocok untuk melepas kerinduan akan pantai yang masih alami, bersih dan cantik...buat pecinta fotogafi banyak yang dapat diekpos dari patai ini. Saya merekomendasikan untuk mengunjungi pantai ini.
Pantai Klayar
Pantai Klayar berada di wilayah kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, yang jaraknya kurang lebih 35 Km ke arah barat kota Pacitan. Pantai berpasir putih ini memiliki suatu keistimewaan yaitu adanya seruling laut yang sesekali bersiul di antara celah batu karang dan semburan ombak. Di samping itu juga terdapat Air Mancur Alami yang sangat Indah. Air mancur ini terjadi karena tekanan ombak air laut yang menerpa tebing karang berongga. Air muncrat yang dapat mencapai ketinggian 10 meter menghasilkan gerimis dan embun
air laut yang diyakini berkhasiat sebagai obat awet muda. (sumber: web pemerintah kota Pacitan)
Kamis, 19 Maret 2009
tunggu aku dewasa
Selasa, 17 Maret 2009
rally foto
Pada hari minggu, tanggal 15 Maret 2009 bertempat di benteng Vredeburg Yogyakarta, aku mengikuti lomba Rally Foto yang diadakan oleh HISFA (Himpunan Seni Foto Amatir Yogyakarta) dengan tema "Center Of Yogyakarta. Rally Foto ini mengambil rute : benteng Vredeburg-Alun-alun Utara-Ibu Ruswo-Gondomanan-Mayor Suryotomo-Mataram-Perwakilan-Malioboro-A.Yani-Vredeburg.
Pertama kali mengikutiRally Foto ini sehingga cukup kaget karena tidak menyangka kalau jarak yang ditempuh cukup panjang dan melelahkan apalagi dilaksanakan pada siang hari yang sangat terik. Cukup menarik dan menantang mengikuti acara ini sebab acara dikemas seperti halnya mencari harta karun dengan cara menerjemahkan soal-soal yang diberikan panitia. Hanya sayang, mungkin panitia kurang mengakomodir kebutuhan kepada peserta khususnya konsumsi (setidaknya minuman yang cukup) mengingat acara benar-benar melelahkan. Selain itu pembagian T-shirt kepada peserta yang semula dijanjikan diberikan terbatas untuk 200 peserta pertama malah menjadi dibagikan oleh semua peserta. Ada kisah menarik lain yang terjadi, tiga hari sebelum pelaksanaan lomba ini, aku sempat terkena sakit radang pada mata sebelah kanan sehingga bengkak dan tidak dapat melihat. Disarankan oleh dokter spesialis mata untuk istirahat terlebih dahulu dari rutinitas. Akhirnya setelah 2 hari istirahat pada hari Minggunya ternyata mata sudah cukup berada dikondisi baik untuk mengikuti lomba. Hanya setelah lomba berakhir timbul rasa was-was juga mengingat lomba yang melelahkan berakibat pada dropnya stamina, kan tidak lucu jika tubuh kembali sakit.
foto-foto karya pribadi berupa jawaban soal-soal yang diberikan panitia
1100 tong sampah
Pada hari kamis, tanggal 26 Februari 2009 bertempat di benteng Vredeburg Yogyakarta, bertepatan dengan acara TKMDGJ (Temu Karya Mahasiswa Desain Interior Indonesia) yang kali ini di-tuanrumah-i oleh Jurusan Desain Interior Institut Seni Indonesia Yogyakarta, diadakan acara pemecahan rekor MURI "Mural 1100 tong sampah". Adapun acara tersebut berupa pengecatan atau me-mural tong sampah (terbuat dari bekas tong atau kaleng cat tembok) yang kemudian dibuat gambar dengan disain yang beragam baik mengenai tema, motif, warna dan juga ide-ide gambar yang tertuang dalam media tong sampah.
Sebagai salah satu peserta hanya sedikit memberikan andil dan dalam gambar yang sederhana berupa daun-daun yang berguguran dan disertai tulisan "mbentoyong Godong" yang terus terang tidak ada artinya sama sekali dan hanya sekedar membuat karya. Ada sedikit kisah yang dibalik karya yang berkesan seadanya ini. Pertama kali membuat karya, ketika kaleng telah dibagikan maka ketika kaleng aku tinggal untuk membeli kuas ternyata kaleng yang seharusnya aku beri gambar telah diambil oleh orang lain dan sudah diberi gambar. Tetapi tak berapa lama kaleng tersebut memang kembali kepada tetapi berhbung waktu juga sudah hampir habis (pukul 2 siang) maka karya yang ada menjadi sangat tidak maksimal.
foto-foto beberapa karya peserta.
foto-fotoku diambil oleh teman, Danu namanya.
Sebagai salah satu peserta hanya sedikit memberikan andil dan dalam gambar yang sederhana berupa daun-daun yang berguguran dan disertai tulisan "mbentoyong Godong" yang terus terang tidak ada artinya sama sekali dan hanya sekedar membuat karya. Ada sedikit kisah yang dibalik karya yang berkesan seadanya ini. Pertama kali membuat karya, ketika kaleng telah dibagikan maka ketika kaleng aku tinggal untuk membeli kuas ternyata kaleng yang seharusnya aku beri gambar telah diambil oleh orang lain dan sudah diberi gambar. Tetapi tak berapa lama kaleng tersebut memang kembali kepada tetapi berhbung waktu juga sudah hampir habis (pukul 2 siang) maka karya yang ada menjadi sangat tidak maksimal.
foto-foto beberapa karya peserta.
foto-fotoku diambil oleh teman, Danu namanya.
Kamis, 12 Maret 2009
diponegoro
Patung Diponegoro , lokasi : Alun-alun Kota Magelang
Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III untuk mengangkatnya menjadi raja. Beliau menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.
Riwayat Perjuangan
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830.
Penangkapan dan pengasingan
16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen, Purworejo. Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia.
28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.
11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch.
30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado.
3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam.
1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.
8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.
Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.
Ki Sodewo memiliki ibu bernama Citrowati yang meninggal dalam penyerbuan Belanda. Ki Sodewo kecil atau Bagus Singlon tumbuh dalam asuhan Ki Tembi, orang kepercayaan Pangeran Diponegoro. Bagus Singlon atau Raden Mas Singlon atau Ki Sodewo setelah remaja menyusul ayahnya di medan pertempuran. Sampai saat ini keturunan Ki Sodewo masih tetap eksis dan salah satunya menjadi wakil Bupati di Kulon Progo bernama Drs. R. H. Mulyono.
Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Diponegoro, 13 Maret 2009)
Rabu, 04 Maret 2009
pasar rejowinangun kobong
Minggu, 01 Maret 2009
pilihan tepat
Selasa, 24 Februari 2009
orderan
dua pemeran badut ini sedang melaju menuju kota temanggung untuk memenuhi jadwal manggung di kota tersebut...menjadi menarik karena dengan kostum lengkjap serta dandanan yang lucu, mereka berboncengan dengan riang menuju tempat manggung...jarak yang ditempuh cukup jauh tapi tak menghalangi mereka untuk mencari rezeki...
Minggu, 22 Februari 2009
mumpung sepi dik
kemacetan sudah menjadi problem tersendiri khususnya di kota-kota besar di Indonesia, sehingga tak jarang masalah paling sederhana yaitu berjalan kaki pun serasa menjadi hal yang sulit untuk dilakukan mengingat ramainya lalu lintas. semakin menjadi masalah adalah bagi mereka yang memang benar-benar menggunakan jalan kaki sebagai alat untuk mencapai tujuan dari satu tempat ke tempat lain, perlu perjuangan ekstra untuk menerobos jalan raya yang sangat ramai...kedua anak kecil ini sedang menyeberang jalan raya yang pada hari-hari atau waktu normal santa padat dengan lalu lalang kendaraan bermotor ...mereka berjalan meyeberang jalan raya dengan santai dan tanpa takut karena hari itu jalan yang biasanya ramai sedang ditutup dikarenakan adanya peringatan HUT TNI tahun 2008...ah, mungkin sanat enak jika jalan-jalan raya dapat teratur dan kemacetan dapat diatasi sehingga pengguna jalan dapat merasa nyaman dan aman pada tiap-tiap harinya, tidak hanya pada waktu-waktu tertentu.
lokasi : jalan sudirman, depan lapangan karebosi, makassar, sulawesi selatan
lokasi : jalan sudirman, depan lapangan karebosi, makassar, sulawesi selatan
Sabtu, 21 Februari 2009
menanti bbm turun
bapak-bapak ini sedang menunggu kapal nelayan yang mendarat sehabis semalaman melaut mencari ikan...banyak dari nelayan tidak dapat melaut terutama karena mahalnya bbm yang tidak lagi terjangkau oleh nelayan kecil seperti mereka, sehingga para nelayan banyak yang tidak melaut dan memilih hanya duduk di tepi pantai menunggu rekannya mendarat dan membantu menepikan kapal nelayan lain...untunglah sekarang bahan bakar minyak sudah turun, semoga perekonomian mereka kembali bergairah...(maaf, bukan maksud untuk menampilkan gambar satu parpol, ketika mengambil foto seperti ini/candid, tak mungkin kan aku meminta bapak ini mengganti kaosnya terlebih dahulu??!! foto diambil ketika harga bensin menyentuh rp.6000,oo/liter...)
lokasi : pantai depok, yogyakarta
Jumat, 20 Februari 2009
memotret pemotret
MEMOTRET PEMOTRET
Dewasa ini perkembangan dunia fotografi sudah sedemikian majunya, terutama dengan ditemukan berbagai macam teknologi digital yang membuat para fotografer menikmati keleluasaan dan kemudahan dalam mengekplorasi kemampuannya.
Pergeseran teknologi kamera dari analog kepada kamera digital sudah sedemikian majunya sehingga kamera digital dapat dengan mudah dan murah diperoleh oleh siapa pun, baik mereka yang berkecimpung dalam dunia fotografi itu sendiri atau juga mereka yang sama sekali awam terhadap fotografi dan hanya sekedar memotret tanpa memperhatikan aspek teknis yang menyertai peralatan fotografi, istilahnya tinggal jepret pasti jadi.
Semakin canggih teknologi digital saat ini beserta semakin memurahnya berbagai teknologi yang menyertai sebuah piranti, termasuk kamera, maka orang awam pun dapat memiliki teknologi beserta aplikasinya tersebut dengan mudah. Teknologi digital yang sedemikian majunya memungkinkan produsen alat elektronik dan digital mampu mengaplikasikan serta memadukan berbagai fungsi dalam setiap barang produksi mereka. Teknologi kamera digital yang pada masa 10 tahun lalu hanya dapat dipakai oleh mereka yang mengerti teknologi digital ini serta harga yang mahal membuatnya hanya dapat dipakai oleh mereka yang benar-benar memiliki kepentingan dengan teknologi tersebut. Tetapi kini tak hanya mereka yang bergerak dibidang fotografi tetapi bahkan anak usia sekolah pun mampu mempergunakan teknologi digital tersebut dalam sebuah Hand Phone berkamera.
Semakin mudah dan murahnya kamera digital, baik yang berupa kamera DSLR (Digital Single Lens Refleks), kamera digital saku, maupun kamera digital yang terintegrasi dengan Hand Phone maupun perangkat digital lainnya maka semakin mudahnya masyarakat menggunakan alat perekam tersebut untuk mengabadikan suatu peristiwa. Dari sekedar peristiwa sederhana seperti memotret peristiwa antar teman, keluarga atau peristiwa yang sifatnya umum.
Dengan adanya kemudahan tersebut maka kini muncul “fotografer-fotografer” dadakan yang kadang hanya berbekal peralatan yang minim (bahkan hanya menggunakan HP berkamera) sering mengambil gambar/memotret suatu peristiwa yang kadang dianggapnya menarik.
Yang menjadi permasalahan adalah ketika dalam suatu acara menampilkan model perempuan, baik dalam rangka fashion show maupun acara yang lebih khusus, misalnya dengan penampilan dancer atau musik dhangdhut. Dan tidak bisa dipungkiri pada dasarnya acara-acara tersebut memang menampilkan model yang selain cantik juga didukung oleh pakaian yang sedikit terbuka. Dalam acara-acara seperti inilah “fotografer-fotografer” dadakan biasanya sering berkumpul di depan panggung dengan peralatan "fotografinya".
Memotret model tidaklah salah karena hal tersebut justru merupakan salah satu latihan fotografi yang sangat baik. Misalnya akan melatih fotografer untuk menangkap bahasa tubuh atau gestur sang model pada titik terbaiknya (The Photo’s, vol:I, No.4 Desember 2007). Yang menjadi masalah adalah apakah fotografer terlebih mereka yang mengaku fotografer tersebut benar-benar memanfaatkan moment tersebut sebagai media untuk benar-benar belajar secara serius yang nantinya berguna bagi dunia fotografi yang digelutinya.
Dalam beberapa kesempatan yang ada, ternyata ditemukan “fotografer-fotografer” yang agaknya memanfaatkan acara-acara yang menampilkan perempuan sebagai pengisi acara tersebut, bukan sebagai ajang melatih diri dalam dunia fotografi tetapi lebih mengarah pada tindakan iseng semata. Hal ini bisa ditelusuri pada komentar-komentar atau celetukan yang sering kali meluncur dari mulut para “fotografer” tersebut saat mengambil gambar dari sang pengisi acara. Dan biasanya mereka juga hanya berbekal kamera seadanya bahkan hanya mengandalkan HP berkamera.
Teknologi digital yang memudahkan tersebut pada akhirnya memang memudahkan masyarakat dalam kehidupannya tetapi hal itu menjadi sangat mengganggu saat teknologi tersebut digunakan hanya sekedar untuk melakukan hal-hal yang sifatnya iseng. Terlebih jika keisengan tersebut membuat kerugian bagi orang lain, seperti kasus-kasus yang berkaitan dengan pornografi.
Memang tidak bisa secara pasti apakah foto-foto yang diambil “fotografer” tersebut hanya sekedar iseng, untuk koleksi atau ada tujuan lain dari pemotretan tersebut, tetapi yang jelas adalah penggunaan teknologi digital yang ada hendaknya digunakan sesuai dengan tujuan yang lebih bermanfaat dan yang lebih baik.
- tulisan pada mata kuliah tinjauan disain satu
- foto-foto dokumen pribadi
Dalam suatu acara seperti fashion show, sering dijumpai fotografer mengabadikan model. Tidak ketinggalan “fotografer” yang hanya berbekal HP berkamera.
Foto-foto ini menggambarkan suasana workshop fotografi bagi para fotografer sebagai ajang untuk melatih diri dalam dunia fotografi. Dalam acara ini peserta diwajibkan untuk membawa kamera degital jenis SLR.
Dalam acara yang sama, pada saat workshop pemotretan model secara outdoor, muncul fotografer dadakan yang bukan peserta, yang mengabadikan model hanya berbekal kamera saku bahkan hanya menggunakan HP berkamera. Dan justru keberadaan fotografer dadakan tersebut “lebih berani” untuk mengambil sudut-sudut pemotretan yang lebih dekat daripada peserta (perhatikan gambar kanan atas pada foto ini, peserta menggunakan kamera saku).
Penggunaan teknologi digital yang makin murah dan mudah, ditangan orang yang berniat iseng tentunya akan sangat membawa dampak yang merugikan orang lain.(gambar diambil dari: Fresh Magazie, vol. 4, edisi 44, November 2007)
Pergeseran teknologi kamera dari analog kepada kamera digital sudah sedemikian majunya sehingga kamera digital dapat dengan mudah dan murah diperoleh oleh siapa pun, baik mereka yang berkecimpung dalam dunia fotografi itu sendiri atau juga mereka yang sama sekali awam terhadap fotografi dan hanya sekedar memotret tanpa memperhatikan aspek teknis yang menyertai peralatan fotografi, istilahnya tinggal jepret pasti jadi.
Semakin canggih teknologi digital saat ini beserta semakin memurahnya berbagai teknologi yang menyertai sebuah piranti, termasuk kamera, maka orang awam pun dapat memiliki teknologi beserta aplikasinya tersebut dengan mudah. Teknologi digital yang sedemikian majunya memungkinkan produsen alat elektronik dan digital mampu mengaplikasikan serta memadukan berbagai fungsi dalam setiap barang produksi mereka. Teknologi kamera digital yang pada masa 10 tahun lalu hanya dapat dipakai oleh mereka yang mengerti teknologi digital ini serta harga yang mahal membuatnya hanya dapat dipakai oleh mereka yang benar-benar memiliki kepentingan dengan teknologi tersebut. Tetapi kini tak hanya mereka yang bergerak dibidang fotografi tetapi bahkan anak usia sekolah pun mampu mempergunakan teknologi digital tersebut dalam sebuah Hand Phone berkamera.
Semakin mudah dan murahnya kamera digital, baik yang berupa kamera DSLR (Digital Single Lens Refleks), kamera digital saku, maupun kamera digital yang terintegrasi dengan Hand Phone maupun perangkat digital lainnya maka semakin mudahnya masyarakat menggunakan alat perekam tersebut untuk mengabadikan suatu peristiwa. Dari sekedar peristiwa sederhana seperti memotret peristiwa antar teman, keluarga atau peristiwa yang sifatnya umum.
Dengan adanya kemudahan tersebut maka kini muncul “fotografer-fotografer” dadakan yang kadang hanya berbekal peralatan yang minim (bahkan hanya menggunakan HP berkamera) sering mengambil gambar/memotret suatu peristiwa yang kadang dianggapnya menarik.
Yang menjadi permasalahan adalah ketika dalam suatu acara menampilkan model perempuan, baik dalam rangka fashion show maupun acara yang lebih khusus, misalnya dengan penampilan dancer atau musik dhangdhut. Dan tidak bisa dipungkiri pada dasarnya acara-acara tersebut memang menampilkan model yang selain cantik juga didukung oleh pakaian yang sedikit terbuka. Dalam acara-acara seperti inilah “fotografer-fotografer” dadakan biasanya sering berkumpul di depan panggung dengan peralatan "fotografinya".
Memotret model tidaklah salah karena hal tersebut justru merupakan salah satu latihan fotografi yang sangat baik. Misalnya akan melatih fotografer untuk menangkap bahasa tubuh atau gestur sang model pada titik terbaiknya (The Photo’s, vol:I, No.4 Desember 2007). Yang menjadi masalah adalah apakah fotografer terlebih mereka yang mengaku fotografer tersebut benar-benar memanfaatkan moment tersebut sebagai media untuk benar-benar belajar secara serius yang nantinya berguna bagi dunia fotografi yang digelutinya.
Dalam beberapa kesempatan yang ada, ternyata ditemukan “fotografer-fotografer” yang agaknya memanfaatkan acara-acara yang menampilkan perempuan sebagai pengisi acara tersebut, bukan sebagai ajang melatih diri dalam dunia fotografi tetapi lebih mengarah pada tindakan iseng semata. Hal ini bisa ditelusuri pada komentar-komentar atau celetukan yang sering kali meluncur dari mulut para “fotografer” tersebut saat mengambil gambar dari sang pengisi acara. Dan biasanya mereka juga hanya berbekal kamera seadanya bahkan hanya mengandalkan HP berkamera.
Teknologi digital yang memudahkan tersebut pada akhirnya memang memudahkan masyarakat dalam kehidupannya tetapi hal itu menjadi sangat mengganggu saat teknologi tersebut digunakan hanya sekedar untuk melakukan hal-hal yang sifatnya iseng. Terlebih jika keisengan tersebut membuat kerugian bagi orang lain, seperti kasus-kasus yang berkaitan dengan pornografi.
Memang tidak bisa secara pasti apakah foto-foto yang diambil “fotografer” tersebut hanya sekedar iseng, untuk koleksi atau ada tujuan lain dari pemotretan tersebut, tetapi yang jelas adalah penggunaan teknologi digital yang ada hendaknya digunakan sesuai dengan tujuan yang lebih bermanfaat dan yang lebih baik.
- tulisan pada mata kuliah tinjauan disain satu
- foto-foto dokumen pribadi
Dalam suatu acara seperti fashion show, sering dijumpai fotografer mengabadikan model. Tidak ketinggalan “fotografer” yang hanya berbekal HP berkamera.
Foto-foto ini menggambarkan suasana workshop fotografi bagi para fotografer sebagai ajang untuk melatih diri dalam dunia fotografi. Dalam acara ini peserta diwajibkan untuk membawa kamera degital jenis SLR.
Dalam acara yang sama, pada saat workshop pemotretan model secara outdoor, muncul fotografer dadakan yang bukan peserta, yang mengabadikan model hanya berbekal kamera saku bahkan hanya menggunakan HP berkamera. Dan justru keberadaan fotografer dadakan tersebut “lebih berani” untuk mengambil sudut-sudut pemotretan yang lebih dekat daripada peserta (perhatikan gambar kanan atas pada foto ini, peserta menggunakan kamera saku).
Penggunaan teknologi digital yang makin murah dan mudah, ditangan orang yang berniat iseng tentunya akan sangat membawa dampak yang merugikan orang lain.(gambar diambil dari: Fresh Magazie, vol. 4, edisi 44, November 2007)
aku kok ditinggal to
anak kecil ini menangis ditinggal lari kakak2 dan teman2nya yang lebih besar...siang itu panas terik dan kakak serta temannya berlari lebih kencang menuju panggung hiburan di tepi lapangan, sedangkan si anak yang punya langkah kecil akhirnya tertinggal dan menangis di tengah lapangan...
lokasi : lapangan karebosi, makassar, sulawesi selatan
Rabu, 18 Februari 2009
mama mana ya
daripada antre
kedua wisatawan ini sedang melakukan tradisi ngrogoh di dalam stupa candi borobudur. sebenarnya stupa yang diambil bukanlah stupa yang biasanya sebab stupa yang biasa digunakan adalah stupa yang berada di tingkat lebih bawah, tetapi daripada antre lebih baik ambil lokasi stupa yang ada di tingkat atasnya, pikir mereka toh kalau foto ini diperlihatkan pada teman-teman di negara asalnya tak akan tahu stupa yang mana.
lokasi : candi borobudur, kabupaten magelang, jawa tengah
lokasi : candi borobudur, kabupaten magelang, jawa tengah
Selasa, 17 Februari 2009
ringtone gamelan
kemajuan teknologi telah menyentuh semua lapisan masyarakat...tiap orang kini rasanya tak ada yang tidak mengenal ponsel dan pemakaiannya bahkan ponsel pun kini makin mudah dan murah di dapat...dunia kini seakan tidak lagi memiliki jarak dan waktu karena semua dapat dilakukan dengan cepat dan mudah seperti dengan penggunaan fasilitas SMS...bapak ini disela-sela kesibukannya memainkan gending jawa masih sempat untuk menerima/mengirim SMS...mungkin berita yang diterimanya adalah order memainkan gending jawa di lokasi lain atau mungkin juga bapak ini sedang mengirimkan pesan SMS kepada anak cucu-nya bahwa gending jawa masih tetap bertahan ditengah teknologi yang makin canggih.
lokasi : aloon-aloon kota magelang, jawa tengah
lokasi : aloon-aloon kota magelang, jawa tengah
tertegun
anak anjing ini tertegun sambil terdiam seribu bahasa...hidupnya hampir saja berakhir ditelan ombak laut pantai selatan...sebelum kejadian anak anjing ini begitu ceria melompat kesana kemari mengajak bermain...tetapi tanpa mengiraukan bahaya, anak anjing ini mendekat di tepian pantai dan sesaat gelombang laut menggulung tubuh mungilnya...untung sempat kuraih tubuh mungilnya dan kuselamatkan...setelah kejadian itu anak anjing ini terdiam kehilangan hari cerianya.
lokasi : pantai sundak, wonosari, yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)